Selasa, 13 November 2012

Komunikasi dan Ritual Wetu Telu

Ritual Wetu Telu


Sampai saat ini, komunitas waktu Telu terletak dikawasan Tanjung dan beberapa desa di kecamatan Bayan seperti Loloan, Anyar, Akar-akar, dan Mumbul Sari. Sedangkan dusun-dusunnya memusat di Senaru, Barung Birak, Jeruk Manis, Dasan Tutul, Nangka Rempek, Semongka dan Lendang Jeliti. Bahkan sisa-sisa kepercayaan kepada suatu benda masih tersisa sampai sekarang.
Pada prisipnya bentuk ritual Wetu Telu dapat disederhanakan kedalam dua bentuk perwujudan yaitu: 
1. penghormatan terhadap Roh
Keyakinan komunitas Islam Wetu Telu adalah percaya kepada mahluk halus yang bersemayam pada benda mati atau benda tertentu atau memiliki kekuatan di hadapkan kekuatan Tuhan. Menyangkut Roh leluhur, mereka percaya bahwa Adam dan Hawa merupakan asal usul nenek moyang kita.
Untuk penghormatan terhadap leluhur yang terdahulu mereka memperlakukannya secara berlebihan. Mereka beranggapan bahwa kuburannya sebagai makam keramat sedangkan dari kelompok-kelompok yang terakhir mereka kuburkan di pemakaman biasa. 
2. penyelenggaraan Upacara Tertentu
Banyak bentuk ritual yang dihayati dan dijalankan oleh komunitas Islam Wetu Telu, antara lain: 
>. Perayaan Hari Besar Islam
Perayaan Hari Besar Islam bukan hanya dilakukan oleh masyarakat islam dari kalangan Ahlussunnah Waljamaah, akan tetapi perayaan Hari Besar Islam dilaksanakan secara rutin oleh masyarakat Islam Wetu Telu. Perayaan-perayaan tersebut dilakukan untuk mengenang kembali dan mengambil nilai-nilai yang positif.
Adapun bentuk-bentuk upacara Islam Wetu Telu seperti: 
*. Roah Wulan dilaksanakan pada bulan Sya’ban 
*. Selamatan Qunut dilaksanakan pada bulan Ramadhan 
*. Maleman Likuran dilaksanakan pada bulan Ramadhan 
*. Malaman Fitrah dilaksanakan pada bulan Ramadhan 
*. Lebaran Topat dilaksanakan pada bulan Syawal 
*. Qulhu Sataq dilaksanakan pada bulan Syawal 
*. Selamatan Bubur Putiq dilaksanakan pada bulan Syafar 
*. Selamatan Bubur Abang dilaksanakan pada bulan Syafar 
*. Ngangkat Syare’at Maulud dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal 
*. Teq Berat Isra’ Mikraj dilaksanakan pada bulan Rajab. 
>. Upacara Peralihan Individu
Upacara Peralihan Individual dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur dan terhadap akan menemukan perjalanan hidup yang lebih baik. Perjalanan hidup yang dimaksudkan adalah perjalanan ketika masih hidup di dunia maupun dihari kemudian.
Upacara yang terkait dengan seseorang atau individu yang dilaksanakan pada waktu masih hidup disebut gawe urip sedangkan upacara ritual yang dilaksanakan setelah orang tersebut meninggal dunia disebut gawe pati.
1. Gawe Urip
*. Buang au (upacara kelahiran)
*. Ngurisang (potong rambut) pertama
*. Molang malik
*. Nginatang (sunatan)
*. Merosok (meratakan gigi)
*. Merariq
*. Saur sesangi (memenuhi sumpah)
*. Roah bale
2. Gawe Pati
*. Selamatan nyusut tanaq (pemakaman)
*. Nelung (ritual hari ketiga)
*. Mituq (ritual hari ketujuh)
*. Nyiwaq (ritual hari kesembilan)
*. Matang puluh (ritual hari keempat puluh)
*. Nyatus (ritual hari keseratus)
*. Nyiu (ritual hari keseribu)
*. Naonin (ritual pada hari kematian) selamatan mengasuh. 
>. Upacara Siklus Tanam
Banyak ritual yang dilakukan pada waktu melangsungkan proses menanam suatu jenis tumbuhan yang disebut adat bonga padi. Upacara ini dilakukan sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan berharap agar segala sesuatu jernih payah pada waktu menanam dapat lebih bermanfaat. Prosesi atau ritual ini merupakan salah satu bentuk aplikasi masyarakat islam wetu telu dalam pengelolaan sumber daya alam.
Bentuk-bentuk upacara adat seperti itu disebut adat bunga padi. Adat tersebut dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan musim tanam atau kalender yang telah ditentukan dalam system penanggalan. Adapun bentuk-bentuk adat bonga padi antara lain:
*. Ngaji makam Turun Bibit
*. Ngaji makam tunas setamba
*. Ngaji makam ngaturang ulak kaya
*. Nyelametang pare
*. Ngaji ngerangkep
*. Rowah sambi
*. Rowah gelang
*. Selamatang kuta (lawang desa)
*. Selamatan obor (subar)
Untuk pelaksanaan setiap upacara tersebut khususnya untuk adat bonga padi dilakukan dengan memakai kalender Islam (Tahun Hijriah) tetapi juga menggunakan pola dan system penghitungan kalender Islam Wetu Telu. Kalender tersebut mengenal siklus 8 tahunan, 12 bulanan, dan 7 hari dalam seminggu, dengan nama tahun-tanun alif, dan seterusnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Berita kami semua bersifat Dofolow, dan silahkan untuk para pengunjung masukkan komentar anda sesuai dengan karakter yang kami bahas di setiap postingan kami, terimakasih...!!!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More