Kamis, 15 November 2012

Cerita Rakyat Sasak

Gunung Rinjani Lombok
Menurut penuturan naskah Doyan Nede, di puncak Gunung Rinjani ada seorang raja jin wanita, cucu nabi Adam yang bernama Dewi Anjani. Dewi Anjani dipesan oleh kakeknya untuk merajai jin didunia memimpin sekelompok jin bangsawan dan manusia. Pesan itu kemudian dilaksanakan dimana terlebih dahulu burung sakti milik Dewi Anjani yang bernama Beberi (manuk beriq) berhasil meratakan gunung-gunung dengan cakar melelanya untuk dijadikan tanah garapan. Seorang diantara bangsawan itu bertindak sebagai penghulu (pimpinan) bergelar “penghulu Alim”. Sang penghulu mempunyai anak laki-laki yang sejak dihamilkan membawa sifat-sifat ajaib. Anak tersebut berada dalam kandungan selama empat tahun dan pada saat baru dilahirkan dia sudah bisa berjalan, fasih berkata-kata, serta lahab menyantap makanan, karena ia sangat kuat makan maka dalam kisah lain dinamakan Doyan Mangan. Sang penghulu Alim merasa malu punya anak seperti itu sehingga berupaya untuk membunuhnya. Berkali-kali telah menyusun dan melakukan upaya pembunuhan atas anaknya, akan tetapi Dewi Anjani yang telah waspada akan hal itu, senantiasa mengirimkan burung Manuk Beriqnya untuk memercikkan “Banyu Urip”, air kehidupan ditubuh Doyan Nede yang sudah hancur luluh ditimpa kayu ataupun batu, sehingga Doyan Nede dapat hidup kembali. Kayu dan batu yang sempat menimpa dibawanya pulang. Menurut wirayat, batu yang dipukul oleh Doyan Nede inilah asal nama kerajaan selaparang. Sela artinya batu, parang artinya bergerigi, tidak rata. Dikisahkan kemudian, dengan restu ibunya yang mengasihi Doyan Nede dengan sepenuh hati, berangkatlah Doyan Nede melakukan pengembaraan berbekal Sembilan buah ketupat dan pisau kecil (memaja). Dalam pengembaraan ini, ia bertemu dengan seorang petapa yang tubuhnya dililit oleh akar pohon beringin. Orang tersebut bertapa karena ingin menjadi Raja Lombok sehingga melakukan pertapaan cukup lama. Sang petapa lalu diselamatkan oleh Doyan Nede dengan mengeluarkannya dari cengkraman akar beringin. Selanjutnya diangkat sebagai saudara dan diberi julukan “Tameng Muter”. Pada pengembaraan berikutnya, mereka menjumpai petapa lain yang dililit suluran rotan. Petapa itu ditolongnya pula, diangkat sebagai saudara dengan julukan “Sigar Penyalin”. Akhirnya tiga pemuda berjanji untuk menjadi saudara dan berjuang bersama-sama. Mereka kemudian melanjutkan pengembaraan, menyusuri hutan belabtara. Dalam kisah pengembaraan ini mereka berhasil mengalahkan raksasa Limandaru, ada yang menyebutnya raksasa Walmunik. Raksasa tersebut pernah penculik tiga orang putri berasal dari pulau Jawa yaitu putri kerajaan Majapahit, Madura, Jawa Tengah. Tiga orang putri itu diamankan disebuah gowa bernama goa Sekaroh. Masing-masing bernama Mas Ari Kencana (Putri Majapahit), Dewi Ni Ketir (Putri Madura), dan Dewi Indra Sasih (Putri Jawa Tengah). Doyan Nede, Tameng Muter, dan Sigar Penyalin berhasil mengalahkan raksasa Walmunik lalu mengawini ketiga putri itu. Doyan Nede kawin dengan Mas Ari Kencana, Tameng Muter dengan Dewi Ni Ketir, dan Sigar Penyalin dengan Dewi Indra Sasih. Tuturan berikutnya mengisahkan tentang kedatangan Nakhoda Jawa yang turun untuk mengambil air minum di pulau Lombok. Nakhoda Jawa ini jatuh cinta kepada ketiga putri yang telah bersetatus istri. Maka terjadilah pertempuran, Doyan Nede beserta saudaranya berhasil mengalahkan nakhoda dan anak buahnya. Seluruh isi kapal milik nakhoda diserahkan kepada Doyan Nede begitu pula anak buahnya untuk dijadikan abdi. Setelah nakhoda itu mengetahui bahwa putri itu adalah yang sebenarnya putri Majapahit, Putri Madura, dan Jawa Tengah, maka mereka tunduk mengabdi. Doyan Nede membangun Jero Baru, kemudian diserahkan kepada Tameng Muter. Sedangkan Doyan Nede mencari ayahnya Penghulu Alim di Selaparang, dan disana ia mendirikan kerajaan Selaparang. Sedangkan Sigar Penyalin diutus untuk membangun kerajaan di daerah utara yaitu di Sembalun, (Sembalun). Kisah selanjutnya, Raden Sigar Penyalin melanjutkan pengembangan wilayah sampai ke pulau Menang (Bayan). Di sana ia mendirikan kerajaan Bayan, yang akhirnya kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang pernah hilang di Bilok PetungMengenai kerajaan pejanggik, dikisahkan bahwa putra Doyan Nede dari perkawinannya dengan Mas Ari Kencana mendirikan kerajaan pejanggik. Pada awal kisahnya. Dewi Mas Ari Kencana mengidamkan putranya dan saat mengidam ia sangat ingin makan mangga yang bernama Poh Jenggik. Setelah berhasil didapatkan, maka biji Poh Jenggik itu ditanam disebelah timur Praya dan inilah cikal bakal kerajaan Pejanggik, dikemudian hari raja Pejanggik bergelar Dewa Mas Meraja Kusuma. Mengenai Tameng Muter yang memimpin kerajaan Jero Baru, mempunyai putra yang sangat cerdas dan tampan. Putranya ini kemudian mendirikan kerajaan Langko dengan gelar Pangeran Langkasari. Banyak kalangan yang sependapat dengan babad ini bahwa inilah cikal bakal berkembangnya kerajaan-kerajaan dipulau Lombok, yaitu generasi penerus pulau ini merupakan keturunan dari orang-orang sakti pada zaman dahulu.

2 komentar:

Posting Komentar

Berita kami semua bersifat Dofolow, dan silahkan untuk para pengunjung masukkan komentar anda sesuai dengan karakter yang kami bahas di setiap postingan kami, terimakasih...!!!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More